Ideologi yang Tergadai

Dulu, ketika masih duduk di bangku sekolah aku diajarkan bahwa ideologi negara adalah Pancasila. Sebuah dasar yang menggerakkan negara ini dengan 5 sila, yang dijabarkan melalui butir-butir Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4). Tidak hanya itu, semasa kuliahpun harus mengikuti Penataran Khusus.
Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh khidmat kebijaksanaan/ perwakilan dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Dan, kini kawan-kawan seangkatan banyak yang terjun ke dunia politik dengan Partai yang berbeda-beda. Namun, apakah mereka masih seorang yang Pancasilais? Tak ada jawaban pasti.
Jangankan mereka, pemimpin-pemimpin partai yang ada saat ini kebanyakan menganut ideologi yang kabur, samar-samar dan tidak jelas. Nasionaliskah? Sosialiskah? Agamiskah? Kapitaliskah? Atau Komuniskah?
Yang jelas terasa, terlihat dan terdengar adalah penjajakan kemungkinan untuk berkoalisi (kerjasama?) antar partai yang dulu mengusung ideologi yang berbeda. Untuk mencapai kesepakatan menjelang koalisi maka dicari-carilah kesamaan,kemiripan dan kemunginan untuk menyatukan kekuatan agar dapat menguasai legislatif guna memuluskan jalan ke tahta eksekutif.
Akhirnya timbul kesan disama-samakan, dimirip-miripkan dengan berbagai alasan yang juga dicari-cari. Ampun deh…!
Kasihan sekali para pemimpin partai itu. Mungkin karena mereka mengira sebagai rakyat yang masih bodoh dan mau termakan “isapan jempol” dan kebohongan yang sedang mereka rencanakan.
Sebagai rakyat, sudah selayaknyalah kita menyadari bahwa, bila memang ini negara yang demokratis maka Yakinkanlah diri anda bahwa kitalah Rakyat, Pemegang Kekuasaan Tertinggi di Negara Republik Indonesia terkasih ini.
Jangan sia-siakan pilihan anda, tanyakan hati kecil anda dan kalau memang ternyata calon pemimpin yang ada “dicurigai” akan menghantarkan negara ini menuju kehancuran, Ngapain dipilih?
Penjajakan koalisi sesungguhnya adalah upaya untuk membagi-membagi kita menurut yang mereka mau. Dan bukan menurut yang kita mau, yaitu tercapainya Keadilan, Kesejahteraan, Kemakmuran dan Kesetaraan.
Lah, kalau bagi mereka yang “adil” itu adalah ketika mereka saja yang Sejahtera, mereka saja yang Makmur dimana Kesetaraan akan tercapai?
Pedagang kaki lima digusur, rumah-rumah rakyat dirobohkan dengan satu alasan Mengganggu Keindahan. Keindahan bagi siapa? Tentu bagi orang-orang kaya yang punya kesempatan meraih banyak uang di negeri ini dengan korupsi, kong kali kong, bagi-bagi kue pembangunan dan sederet usaha yang justru menyusahkan kita sebagai rakyat yang telah memilih mereka atas dasar rayuan gombal…, janji-janji kampanye dan bukan kesadaran untuk berpolitik.
Bukalah mata lebar-lebar, pasang telinga dan rasakan apa yang telah mereka berikan kepada kita selama ini?
Pendidikan gratis? Pengobatan Prei? Beras Murah, Lauk Pauh Murah, Pupuk Murah, Bibit Murah? Ah… Ah???
Yang ada hanya, harga diri kita Murah didalam pandangan mereka. Kita hanya layak untuk dikibulin dan dibohongin. Dibodohi…!!! Mau? Mau? Mau?
Berpikirlah sekali lagi untuk menentukan Pilihan. Bila perlu Sholat Istikharah, minta pertimbangan Allah swt, tanya pada Tuhan anda, Dewa anda, Siapakah yang sebaiknya DICONTRENG?
Bullshitlah dengan ideologi yang mereka usung, karena saat ini Ideologi itu sudah Tergadai oleh nafsu mereka untuk berkuasa dengan menghalalkan segala cara, tipu daya, hasut-menghasut, curiga mencurigai dan … arrgh…! Entah apa lagi?
Ikutilah pemimpin sejati, yaitu Hati anda yang tulus, yang sudah muak dengan pembodohan, pemiskinan dan peminggiran ini.
Bila memang tak ada yang layak, kita tunggu saja sampai ada yang layak. Jadi, simpan dulu pilihan kita untuk suatu masa yang tepat, kelak.
Jangan Gadaikan pula Pilihan Anda.

Comments

Popular posts from this blog

Selayang Pandang Masjid Jami' Kajen dan beberapa Petilasan KH Ahmad Mutamakkin

Sejarah Syech K.H. Ahmad Mutamakkin Kajen Margoyoso Pati